Tuesday 24 November 2009

Sebuah refleksi untuk sifat manusia yang pemarah

Ada seorang bapak yang sangat pemarah. Dia tidak bisa membendung amarahnya apabila melihat sebuah kesalahan. Sampai - sampai istrinya pun sudah tidak tahan dan ingin meninggalkan rumahnya.

Suatu hari, bapak itu datang ke seorang pastor. Dia menceritakan segala permasalahan tetang rasa amarahnya dan ingin berubah karena tidak ingin ditinggal istrinya. Dia telah mencoba berbagai cara namun tidak ada yang berhasil. Dia berharap pastor dapat membantunya.

Pastor itu berkata padanya, "Cobalah hal ini. Jika bapak merasa ingin marah, segerlah ambil paku dan martil, tancapkan paku ke dinding rumah bapak sampai rasa marah bapak reda. Lakukan hal ini jika anda ingin marah. Luapkan rasa marah anda pada paku - paku itu."

Bapak itu mencoba nasihat pastor. Setiap kali ia ingin marah segera diambilnya paku dan martil dan ia melampiaskan rasa amarahnya pada pada paku - paku itu. Ia terus melakukannya untuk menahan rasa marahnya.

Suatu ketika, seluruh rumahnya sudah dipenuhi dengan paku. Tidak ada tembok yang bersih dari paku. Tetapi dia masih belum bisa menahan rasa marahnya dengan penuh. Dia pun kembali kepada pastor dan mengeluhkan hal tersebut.

Pastor itu kembali berkata padanya, "Baiklah kalau rumah bapak sudah penuh, sekarang tiap kali anda marah, cabut paku - paku itu satu persatu hingga rasa marah anda hilang."

Dengan bingung, bapak itu mengikuti nasihat pastor itu. Setiap kali dia ingin marah, dia mencabut paku - paku itu satu per satu. Semakin hari bapak itu semakin dapat mengendalikan rasa amarahnya dan pada akhirnya ketika semua rumahnya sudah bersih dari paku, dia dapat menahan rasa amarahnya dan menjadi orang yang sabar.

Bapak itu kembali kepada pastor untuk berterima kasih atas bantuannya. Pastor itu berkata, "Sekarang bapak lihat rumah bapak. Apa yang terjadi? Banyak sekali bekas paku di dinding rumah bapak kan? Seperti itu lah hati seseorang apabila anda marah kepadanya. Perasaan itu akan membekas pada hati orang, sekalipun dia bisa memaafkannya. Bekas itu akan selalu ada dan tak akan pernah hilang."

~adopted from: facebook

No comments:

Post a Comment